05 September 2010

Ikhlas kunci ibadah




ERTI IKHLAS DALAM ISLAM
Ikhlas ialah : " melaksanakan taat semata-mata kerana Allah sendiriNya, bukan di maksudkan memperolehi kebesaran dari manusia, ataupun penghormatan. Dan bukan pula untuk memperolehi sesuatu keuntungan dunia atau menolak sesuatu bencana keduniaan."

Tingkat-tingkat Ikhlas:

1. Melaksanakan ibadah kerana takut akan azab.
2. Melaksanakan ibadah kerana membesarkan Allah.Kerana merasai
kehebatan Nya. kerana menuruti dan akur akan seruan Nya dan tiada
pula terlintas di hati sesuatu maksud lain.

Lawan pada ikhlas ialah RIAK.

Ertinya: Memperlihatkan amal ibadah supaya mencapai keuntungan dunia, baik bersifat kemanfaatan atau menolak kemelaratan atau supaya dimuliakan dan di hormati
"Berkata iblis: Ya Tuhanku, oleh karena Engkau telah menetapkanku sesat, sungguh akan kuusahakan agar anak adam memandang indah segala yang nampak di bumi dan aku akan sesatkan mereka semua....Kecuali hamba-hambaMu dari kalangan antara mereka yang ikhlas.........(Al-Hijr: 39-40).

Sepintas lalu saja, memperhatikan ayat yang dicantumkan di atas ini, sudah dapat ditarik suatu garis, bahwa syaitan dan iblis yang terkenal dengan 1001 tipudaya, menjerumuskan manusia ke dalam perangkapnya, supaya terjauh dan terpisah dari akhlak, dari hidayah ilahi dan selanjutnya supaya mereka selalu berada dalam kebatilan dan kesesatan. Perhatikanlah betapa congkaknya, berani memamerkan rencananya: Aku akan berusaha agar anak manusia memandang indah segala yang tampak dalam kehidupan ini, walaupun di dalam bungkusan yang kelihatan indah itu, penuh dengan keburukan dan kejahatan; penuh dengan kebatilan dan kemungkaran.

Malah termasuk dalam keahlian syaitan, ialah memutarbalikkan keadaan. Ia mampu menukar keindahan yang sebenarnya indah menjadi buruk dan menjijikkan, sebagaimana pandainya menyelimuti sesuatu yang buruk dan keji, sehingga tampak indah, berkilat, dan menawan. Anak adam yang mudah terpukau oleh keindahan, tidak mampu membezakan intan dengan kaca. Hanya melihat kilat dan bayangan lahiriah saja, merekalah yang akan jadi mangsa penipuan muluk-muluk syaitan dan iblis durjana itu..

Orang-orang yang beginilah menurut iblis dan syaitan yang dapat disesatkannya sekalian, Syaitan sungguh yakin akan kejayaannya rancangannya itu, setelah mempelajari kepribadian manusia itu.

Menurut sahibul hikayat, ketika Allah sudah membentuk Adam dari tanah, berupa rangka manusia, tetapi belum diberi nyawa, maka rangka manusia Adam itu ditaruh pada sebuah tempat. Di kala itulah iblis dan makhluk syaitan ini sengaja datang untuk melihat-lihatnya.

Sesudah memperhatikan bahwa pada tubuh calon manusia yang dipersaksikannya itu banyak sekali lubang-lubang, maka pada saat itu pun syaitan sudah meramalkan bahwa sungguh banyak sekali jalan masuk bagi memperdayakan makhluk yang bernama manusia.

Memang begitulah hal keadaanya. Manusia mudah sekali diperdayakan melalui segala keindahan lahir duniawi ini. Namun demikian, golongan manusia, diakuinya sendiri ketidaksanggupannya memperdayakannya, tak mampan segala tipu daya dan hasutannya kepada golongan almukhlisin iaitu orang-orang yang ikhlas. Hanya golongan inilah yang tak mampu didekatinya. Meskipun syaitan cuba juga bertemu dengan para almukhlisin, namun semuanya akan kecundang dan mengecewakan golongan syaitan.

Ikhlas adalah Jiwanya Amal

Gambaran yang dilukiskan di atas jelas menunjukkan betapa tingginya kedudukan ikhlas, betapa terhormatnya para almukhlisin pada sisi Allah SWT. Ikhlas adalah satu kriteria untuk menetapkan diterima atau ditolaknya amal ibadah seseorang dari umat yang mengaku telah Islam dan beriman.
Tidak usah bersusah payah mencari definisi ikhlas itu menurut Islam. Cukup sekedar mengetahui satu prinsip saja, yaitu bahwa Iman ialah kepercayaan kepada Allah dan Islam. Ia menjadi satu kepatuhan kepada Allah. Maka semua tindakan, semua kata dan perbuatan, semua amal dan ibadat seseorang Muslim dan Mukmin, tiada yang lain kerana Allah belaka, lantaran hendak mencari keredhaan Allah semata-mata.

Allah hanya menginginkan, kiranya niat dan maksud tujuan hambaNya berkata dan berbuat hendaklah kerana Allah sahaja, jangan kerana yang lain. Ini saja yang dikehendaki Allah, yang lain tidak dimintaNya. Jangan menyekutukan Allah dengan yang lain, dalam bentuk apapun. Sebab MAHA BESARNYA jangan sampai disaingi oleh apapun dari makhluk yang diciptakannya sendiri. Rujuk kepada ayat Al-Quran berikut:
"Sesungguhnya Allah tak dapat mengampunkan, apabila Ia dipersekutukan dan Ia dapat mengampunkan selain itu bagi siapa yang Ia kehendaki. Dan siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh sudah amat jauh sekali tersesatnya..."(QS. An-Nisa: 115).

Oleh sebab itulah, maka ikhlas ini menjadi alat penentu bagi amal dan ibadah seorang mukmin. Dan siapa saja yang benar-benar ikhlas, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya, sehebat mana pun manusia melindungi apa yang ada disanubarinya ia tidak lepas dari pengetahuan Allah. Sesungguhnya Allah tahu hakikat niat yang sebenarnya.

Firman dalam Al-Quran:
"Mengapakah ia tak mau tahu.......apabila nanti dibangkitkan isi kubur, dan dibelah dada menjengok hasil didalamnya. Di hari itu Tuhan mereka akan menceritakan hakikat yang sebenarnya." (QS. Al-'Adiyat: 9-11).

Sehubungan dengan ini, banyak sekali hadis yang menerangkan, memang keihklasan dalam beramal dan beribadah itu benar-benar menjadi barometer atas sah dan tidaknya ibadah-ibadah tersebut. Sedang untuk menetapkan ikhlas dan tidaknya seseorang, tidaklah ditentukan oleh orang yang bersangkutan, tidak pula oleh orang lain. Sebab ikhlas adalah urusan dan tugas hati dan cuma Allah saja yang tahu pendirian hati para hambaNya.

Benar lidah dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui isi hati, tapi tidak selalu dapat dipercayai. Kerana lidah dengan kelunakannya mampu menghancurkan besi dan membakar dunia, oleh itu ia juga mampu berputar dan berbalik-balik sendiri. Makanya karena itulah Allah berfirman:
"Ada dari sebahagian manusia, yang tutur bicaranya amat menakjubkanmu dalam kehidupan duniawi. Tapi Allah membuktikan atas apa isi hatinya, ternyata ia sebenarnya adalah seorang musuh yang amat jahat. (QS. Al-Baqarah 204).
Dalam satu hadis, Rasulullah SAW mengisahkan peristiwa di hari kiamat di kala kita menghadapi hari penghisaban.

Ada tiga golongan, yang oleh kerana merasa akan jasanya, telah meyakinkan dirinya akan masuk syurga, yang pertama ialah si Qari; ditanyakan kira-kira apa amal kebaikan yang sudah dikerjakannya dalam hidup. Dengan bangga si Qari menjawab: Aku tekun membaca Quran, kubaca di tengah malam, ketika orang sudah tidur nyenyak. Allah menjawab: Engkau belum berhak lagi akan syurgaku, sebab amalmu itu bukan kerana Aku, tapi supaya orang mengatakan engkau seorang Qariyang teramat hebat.

Allah bertanya pula kepada si Syahid, lalu dengan lantang menerangkan: Aku telah berjihad perang di jalan Allah, maka terbunuhlah aku! Maka demikian juga jawapan Allah kepada si Syahid ini: "Sebab engkau berperang supaya orang mengatakan dan memujamu sebagai pahlawan yang berani mati, bukan karena Aku semata-mata."

Terakhir, Allah bertanya pula kepada si Dermawan, lalu ia mendabik dada, bahawa hartanya telah banyak habis, demi menegakkan agama. Juga sama dengan dua rakannya, Allah menjawab serupa, sebab engkau berbuat demikian, bukan kerana mengharap redhaKu, tapi agar orang memuji engkau sebagai seorang yang amat dermawan dan pemurah.

Pesan Rasulullah tentang ikhlas:
"Aku telah diberi wasiat oleh khalilku dengan empat macam kalimat yang bagiku semua lebih kucintai dari dunia dengan segala isinya. Allah berfirman kepadaku:
1. Perkukuhkanlah pembinaan kapalmu, sebab lautan amat dalam sekali.
2. Perbanyaklah perbekalanmu sebab perjalanan itu tidak terperi panjangnya.
3. Ringankanlah punggungmu untuk memikul, sebab halangan dan rintangan amat banyak dan hebat sekali.
4. Ikhlaskanlah amalanmu, sebab mata pengandaliannya teramat tajamnya.

Dari pesanan Nabi ini, telah nyata bahawa ikhlas mempunyai peranan penting untuk menentukan perlaksanaan ibadah. Andai kapal yang akan ditumpangi melayari lautan hidup sudah demikian kuat dan kokoh pembikinannya, bekalpun sudah lengkap dan lebih mencukupi, sedang bahu sudah siap sedia memikul segala beban yang berat, namun pelayaran itu tak juga akan diberkati kalau tidak dijiwai oleh sifat tulus ikhlas.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan